Demi Cinta

Laki-laki itu datang ke sebuah pesta. Meskipun
penampilannya tidak jauh berbeda dengan penampilan
laki-laki lain yang datang, namun kelihatannya tidak
seorangpun yang tertarik padanya. Ia lalu
memperhatikan seorang gadis yang dari tadi dikelilingi
banyak orang. Di akhir pesta itu, ia memberanikan diri
mengundang gadis itu untuk menemaninya minum kopi.
Karena kelihatannya laki-laki itu menunjukkan sikap
yang sopan, gadis itupun memenuhi undangannya. Mereka
berdua kini duduk di sebuah warung kopi. Begitu
gugupnya laki-laki itu hingga ia tidak tahu bagaimana
harus memulai sebuah percakapan.
Tiba-tiba ia berkata kepada pelayan, "Dapatkah engkau
memberiku sedikit garam untuk kopiku?" Setiap orang
yang ada di sekitar mereka memandang lelaki itu
keheranan. Wajahnya memerah seketika, tetapi ia tetap
memasukkan garam itu ke dalam kopinya lalu kemudian
meminumnya. Penuh rasa ingin tahu, gadis yang duduk di
depannya bertanya, "Bagaimana kau bisa mempunyai hobi
yang aneh ini?" Laki-laki itupun menjawab, "Ketika aku
masih kecil, aku hidup di dekat laut, aku suka
bermain-main di laut. Jadi aku tahu rasanya air laut,
asin seperti rasa kopi asin ini. Sekarang, setiap kali
aku meminum kopi asin ini, aku terkenang akan masa
kecilku, tentang kampung halamanku, aku sangat
merindukan kampung halamanku, aku merindukan orang
tuaku yang tetap hidup di sana." Ia mengatakan itu
sambil berurai air mata, kelihatannya ia sangat
tersentuh.
Gadis itu berpikir, "Apa yang diceritakan oleh
laki-laki tersebut adalah ungkapan isi hatinya yang
terdalam. Orang yang mau menceritakan tentang
kerinduannya akan rumahnya adalah orang yang setia,
peduli dengan rumah dan bertanggung jawab terhadap
seisi rumahnya". Maka gadis itupun mulai bercerita
tentang kampung halamannya yang jauh, masa kecilnya
dan keluarganya.
Merekapun berpacaran. Gadis itu menemukan semua yang
dia inginkan di dalam diri laki-laki tersebut.
Laki-laki itu begitu toleransi, baik hati, hangat dan
penuh perhatian. Ia adalah laki-laki yang sangat baik,
sehingga ia selalu merindukannya. Singkat cerita,
merekapun menikah dan hidup bahagia. Setiap kali, ia
selalu membuatkan kopi asin bagi suaminya karena ia
tahu suaminya sangat menyukai kopi asin.
Sesudah empat puluh tahun menikah, meninggallah
suaminya. Ia meninggalkan surat kepada istrinya,
"Sayangku, maafkan aku, maafkan kebohonganku selama
aku hidup. Inilah satu-satunya kebohonganku padamu,
yaitu tentang "kopi asin". Ingatkah engkau pertama
kali kita bertemu dan berpacaran? Saat itu aku begitu
gugup untuk memulai percakapan kita. Karena
kegugupanku, aku akhirnya meminta garam padahal yang
aku maksudkan adalah gula. Selama hidupku banyak kali
aku mencoba untuk mengatakan kepadamu hal yang
sebenarnya, sebagaimana aku telah berjanji bahwa aku
tidak akan pernah berbohong kepadamu untuk apapun
juga. Tetapi aku tidak sanggup mengatakannya. Kini aku
sudah mati, aku tidak takut lagi, maka aku memutuskan
untuk mengatakan kebenaran ini kepadamu bahwa aku
tidak suka kopi asin. Rasanya aneh dan tidak enak.
Selama hidupku aku baru meminum kopi asin sejak aku
mengenalmu. Meski begitu, aku tidak pernah menyesal
untuk apapun yang aku lakukan untukmu. Memiliki engkau
merupakan kebahagiaan terbesar yang pernah aku miliki
selama hidupku. Jika aku dapat hidup untuk kedua
kalinya, aku tetap ingin mengenalmu dan memilikimu
selamanya, meskipun aku harus meminum kopi asin lagi".
Air mata wanita itu membasahi surat yang dibacanya.
Suatu hari seseorang bertanya kepadanya, "Bagaimana
rasanya kopi asin itu?" "Sangat enak", jawabnya.

Kita selalu berpikir bahwa kita sudah mengenal
pasangan kita lebih dari orang lain mengenal mereka.
Tetapi mungkin saja ada hal-hal tertentu yang tidak
kita ketahui di mana pasangan kita telah rela meminum
"kopi asin" (salty coffee) dengan membuang ego,
kesombongan, kesenangan dan hobinya untuk menjaga
keharmonisan hubungan kita dengannya.

Ya, begitulah caranya mengasihi dan mencintai. Bukan
menuntut, tetapi berkorban. "Janganlah tiap-tiap orang
hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi
kepentingan orang lain juga". Membuang kebencian dan
mengasihi lebih lagi, menyebabkan rasa garam lebih
enak daripada rasa gula

Jari dan masalah

Di sebuah desa, hiduplah seorang pemuda. Usianya belumlah genap 20 tahun. Namun sayang, kehidupannya sangat merana. Selalu saja ada banyak kesulitan yang dihadapinya. Usahanya sering gagal.
Tak banyak yang bisa dilakukannya selain merenungi nasib. Ia bertanya dalam hati, mengapa ada beribu masalah yang selalu ada di sekitarnya.


Suatu ketika, ia mendengar ada seorang bijak yang dapat membantu mengatasi setiap persoalan. Kabarnya, orang tua ini selalu berhasil menolong setiap orang yang datang kepadanya. Sang pemuda pun tertarik untuk datang dan mencari jalan keluar bagi masalah yang di hadapinya. Segera saja di persiapkan bekal untuk melakukan perjalanan menuju ke tempat orang bijak itu berada.


Seharian penuh ia berjalan, hingga sampailah di pinggir hutan. Hari sudah malam, ketika akhirnya ia menemukan rumah yang dicarinya. Setelah mengucapkan salam, masuklah sang pemuda dan bertemu dengan orang yang di harapkan menjadi penolongnya. Mari masuk silahkan duduk, terdengar jawaban dari dalam.
Dengan penuh harap, pemuda itu pun mulai menceritakan masalah yang dihadapinya. Ia berkisah tentang pekerjaannya yang gagal, kawan-kawannya yang memusuhinya, juga semua masalah-masalah lainnya.


Sang orang tua, mendengarkan dengan seksama, bersungguh-sungguh untuk memahami pemuda itu. Setelah beberapa lama, usailah ia menyampaikan semuanya. Lalu, apa yang harus aku lakukan, tanya pemuda, apa yang sebenarnya aku hadapi, dan apa masalahku??

Anak muda, maaf, aku tak bisa sepenuhnya menolongmu. Aku hanya bisa menunjukkanmu suatu hal. Orangtua itu kemudian menuju jendela, dan membukanya lebar-lebat. Di luar sana, tampak langit yang gelap gulita. Lalu, diacungkannya jari telunjuk, seperti menunjuk ke atas, ke arah jendela itu. Nak, lihatlah jari telunjukku, ada berapa jari yang kau lihat?

Pemuda itu segera menjawab, tentu saja, hanya ada satu!?. Kemudian, orangtua itu
berpindah, sambil menutup jendela, dan mengacungkan telunjukknya ke arah dinding. Ia lalu bertanya, Sekarang, ada berapa jari yang kau lihat?? Sang pemuda, tampak memicingkan mata. Tampaklah tangan dan jari telunjuk yang teracung, dengan latar belakang dinding yang putih. Ada bayang-bayang yang tampak disana.

Lihatlah lebih jelas, jatuhkan pandanganmu ke belakang, ada berapa jari yang kau lihat.? Sebentar, aku melihat,? ada satu?.eh, dua jari yang ku lihat.? Bagaimana ini bisa terjadi? Ternyata, dinding yang putih, memberikan nuansa yang berbeda dalam pantulan benda.

Ada fenomena lain yang membuat jari itu tampak tak seperti aslinya.?
Anak muda, itu hanya nuansa bayangan dari jari ku saja. Setiap benda akan terlihat berbayang ganda jika diletakkan pada dasar yang putih. Engkau pun akan melihatnya ganda jika melayangkan pandanganmu jauh ke belakangnya, dan tidak terpaku pada benda itu saja. Dan sama halnya dengan semua masalahmu.

Sesungguhnya, dalam setiap masalah, kadang, bukan pemecahanlah yang harus kita cari. Tapi, kemampuan untuk melihat masalah itulah yang kita perlukan. Kadang kita sering terpaku hanya pada masalah itu-itu saja, tanpa pernah membiarkan kita melihat sisi lainnya.

Cobalah layangkan pandanganmu ke belakang, pada jarak yang berbeda pada setiap masalah, engkau akan menemukan bukan hanya satu, tapi dua atau tiga hal yang terlihat. Anggaplah jari telunjukku sebagai semua masalahmu. Dan dinding itu sebagai pikiranmu. Maka, engkau akan dapat melihat sosok suatu masalah, dengan jelas, pada dinding yang putih, pada pikiran yang jernih. Engkau akan mampu melihat dengan lebih jelas apa yang kau hadapi pada pikiran yang tenang, bukan pada latar yang gelap dan penuh amarah.

Tataplah semua masalahmu itu dalam pandangan jernih, tenang, dan bersih. Teliti setiap sisi persoalan hidupmu, dengan hati yang suci. Susuri dan pahami setiap aral di depanmu, tidak dengan pandangan yang gelap gulita.

Pahami dan maknai semuanya. Saat engkau memahami apa yang sedang kau hadapi, maka engkau akan mudah mengatasinya. Setiap persoalan, mungkin terlihat seperti satu hal saja, namun sesungguhnya hal itu mempunyai sisi lain yang tak terungkap, hingga kita mampu melihatnya dengan pandangan yang jernih.

***

Teman, bisa jadi kita mau mencoba hal ini. Acungkanlah jari kita ke dinding yang putih.
Pandanglah, dengan tatapan jauh ke belakang jari itu. Kita akan menemukan ada pantulan yang berbeda dari jari-jari kita. Kita akan melihat, tak hanya ada satu jari yang terlihat, tapi dua, atau bahkan lebih. Mungkin dalam teori optis, kita akan menemukan penjelasan yang ilmiah dan akademis.

Namun fenomena ini akan mengajarkan kita satu hal:

Suatu masalah, kadang akan tampak lebih jelas kita menatapnya dengan pandangan jernih dan jauh ke belakang.
Allah memang Maha Pencipta. Allah selalu memberikan hikmah dan pelajaran dari setiap apapun yang diciptakan-Nya. Tak terkecuali lewat jari dan pandangan tadi.


Kemampuan kita untuk melihat suatu masalah, akan sangat membantu kita dalam memecahkan masalah itu. Walau kadang, pemecahan masalah itu, adalah berupa kemampuan kita untuk melihat masalah dengan lebih jernih dan tenang. Serta dengan memahami, apa sebenarnya masalah yang kita hadapi itu

TENTANG CEWEK

Bener gak ya..cewek kayak gini..just kidding lo ya...
=============================
Jika dikatakan cantik dikira menggoda ,
jika dibilang jelek di sangka menghina .
Bila dibilang lemah dia protes,
bila dibilang perkasa dia nangis .

Maunya emansipasi, tapi disuruh benerin genteng , nolak
(sambil ngomel masa disamakan dengan cowok)

Maunya emansipasi, tapi disuruh berdiri di bis malah cemberut
(sambil ngomel,Egois amat sih cowok ini tidak punya perasaan)

Jika di tanyakan siapa yang paling di banggakan, kebanyakan bilang Ibunya ,
tapi kenapa ya ..... lebih bangga jadi wanita karir,
padahal ibunya adalah ibu rumah tangga

Bila kesalahannya diingatkankan,
mukanya merah..
bila di ajari mukanya merah,
bila di sanjung mukanya merah
jika marah mukanya merah,kok sama
semua ? bingung !!

Di tanya ya atau tidak, jawabnya diam;
ditanya tidak atau ya, jawabnya diam;
ditanya ya atau ya, jawabnya :diam,
ditanya tidak atau tidak, jawabnya ; diam,
ketika didiamkan malah marah
(repot kita disuruh jadi dukun yang bisa nebak jawabannya).

Di bilang ceriwis marah ,
dibilang berisik ngambek ,
dibilang banyak mulut tersinggung ,
tapi kalau dibilang S u p e l
wadow seneng banget..padahal sama saja maksudnya.

Dibilang gemuk engga senang
padahal maksud kita sehat gitu lho
dibilang kurus malah senang

padahal maksud kita "kenapa elo jadi begini!!!"
siapa yang merubah elo !!!

hehehe..

Mengapa aku gagal ???

Manusia : Kenapa aku diuji?
Qur'an : Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (Al-Ankabuut : 2)

Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-Ankabuut : 3)


Manusia : Kenapa aku gagal?

Qur'an :
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci, boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah : 216)

Manusia : Kenapa aku diberi ujian seberat ini?

Qur'an :
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-Baqarah : 286)

Manusia : Aku frustasi!

Qur'an :
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (Ali Imraan : 139)

Manusia : Bagaimana aku harus menghadapinya?

Qur'an :
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (Ali Imraan : 200)
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. (Al- Baqarah : 45)

Manusia : Apa yang aku dapat dari semua ini?

Qur'an :
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. (At-Taubah : 111)

Manusia : Bagaimana menguatkan hatiku?

Qur'an :
Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal. (At-Taubah : 129)

Manusia : ...................???

Qur'an :
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (Yusuf : 87)






Sedikit bukannya sia-sia

Disebuah desa, saya sering mendengar lagu - lagu merdu yang dimainkan seorang pengamen tua menggunakan harmonikanya. Pak Slamet, nama pengamen itu, adalah orang yang sederhana. Walau begitu, ia selalu tampil rapi dengan baju bersih yang dimasukkan. Rambutnya dipotong pendek dan tersisir lurus ke belakang.
Ia biasanya berdiri di depan pintu dengan sikap tegak seperti orang mengheningkan cipta, lalu mulai memainkan harmonikanya. Matanya berkali - kali terpejam saat mengalunkan nada-nada yang mengalir seperti air, tanda ia sungguh kusyuk menyampaikan lagunya.
Meski tak mengerti lagu apa yang dimainkan Pak Slamet, kesungguhannya bermain harmonika telah menarik saya untuk mengetahui apa yang dia lantunkan. Dalam salah satu kesempatan, saya bertanya, "Pak, itu lagu apa?"

*****Ia menjawab dalam bahasa Jawa halus, yang kira - kira terjemahannya demikian: "Ini adalah lagu agar orang-orang yang mendengarnya menjadi tenteram dan damai. Banyak orang tidak tenteram karena pikiran. Semoga saya bisa membantu menenteramkan mereka.********
Jawaban itu sungguh tidak saya sangka - sangka. Tadinya saya mengira akan mendapat jawaban bahwa lagu itu lagu Jawa kuno, atau lagu pop masa lalu. Ternyata dugaan tersebut meleset. Bagaimana mungkin orang tua ini memiliki pemikiran seperti itu? dalam hati kubertanya.
Tapi saya, yang waktu itu adalah seorang mahasiswa dengan pengetahuan maha luas, yang percaya hanya tindakan besarlah yang bisa mengubah dunia, kembali melontarkan pertanyaan dengan nada sedikit melecehkan, "Lalu sudah sampai mana Pak Slamet menyebarkan ketenteraman itu? Sudah berapa orang yang mendengarnya dan sembuh dari kegalauan hidupnya?"

Ia menjawab tersenyum, "Hanya pada beberapa orang yang rumahnya saya lewati di sekitar sini. Semoga ada satu atau dua di antara mereka menjadi damai karena mendengar lagu saya, walau tidak bagus saya memainkannya. Syukur kalau kedamaian itu ditularkan."
Jawaban tersebut menunjukkan betapa besar hatinya dan membuat kecut hatiku. Dalam kesederhanaannya, pengamen tua itu memberikan apa yang bisa disumbangkan bagi orang lain. Tampaknya remeh, karena lagu - lagunya hanya dihargai seratus perak dan hanya didengar oleh segelintir orang di sebuah wilayah kecil. Tapi ketulusan dan kesungguhannya dalam memberi, bernilai jauh lebih tinggi dari itu.
*******************************************

Saya katakan, bila dilihat dari besar kecilnya yang dilakukan, usaha Pak Slamet membagi kedamaian serasa sia - sia, seperti juga perasaan kita saat kita memperjuangkan sesuatu sendirian atau dalam skala kecil. Tapi walaupun kecil, apa yang dilakukan dengan sungguh - sungguh mungkin bisa menggerakkan orang lain, seperti pengamen tua itu telah menggerakkan saya menceritakan hal ini, walau --sekali lagi-- cerita ini hanyalah cerita biasa yang tampak sia - sia.

Namun dalam apa yang sering kita anggap sia - sia, sebenarnya tersimpan harapan karena orang - orang lain barangkali memiliki pemikiran sama. Maka tepatlah kata - kata John Lennon dalam lagunya, Imagine: "You may say I'm a dreamer... but I'm not the only one, I hope someday you'll join us, and the world will live as one..."

Nice to read (salam untuk semua).


Hari ini kiriman buku yang saya pesan dari Amazon.com datang. Ada satubuku yang langsung saya sambar dan baca seketika. Judulnya: "Stuff ,TheSecret Lives of Everyday Things". Buku itu tipis, hanya 86 halaman, tapiinformasi di dalamnya bercerita tentang perjalanan ribuan mil dari mana barang-barang kita berasal dan ke mana barang-barang kita berakhir.
Dimulai sejak SD, saat saya pertama kali tahu bahwa plastik memakan wakturatusan tahun untuk musnah, saya sering merenung: orang gila mana yang mencipta sesuatu yang tak musnah ratusan tahun tapi masa penggunaannyahanya dalam skala jam-bahkan detik? Bungkus permen yang hanya bertahansepuluh detik di tangan, lalu masuk tong sampah, ditimbun di tanah dan baru hancur setelah si pemakan permen menjadi fosil.Sukar membayangkan apa jadinya hidup ini tanpa plastik, tanpa cat, tanpa deterjen, tanpa karet, tanpa mesin, tanpa bensin, tanpa fashion. Dansebagai konsumen dalam sistem perdagangan modern, sejak kita lahir rantai pengetahuan tentang awal dan akhir dari segala sesuatu yang kita konsumsi telah diputus. Kita tidak tahu dan tidak dilatih untuk mau tahu ke manakemasan styrofoam yang membungkus nasi rames kita pergi, berapa banyak pohon yang ditebang untuk koran yang kita baca setengah jam saja, beban polutan yang diemban baju-baju semusim yang kita beli membabi-buta.Untuk aktivitas harian yang kita lewatkan tanpa berpikir, yang terasa wajar-wajar saja, pernahkah kita berhitung bahwa untuk hidup 24 jam kita bisa menghabiskan sumber daya Bumi ini berkali-kali lipat berat tubuh kitasendiri?Untuk menyiram 200 cc air kencing, kita memakai 3 liter air. Untuk mencuci secangkir kopi, kita butuh air sebaskom. Untuk memproduksi satu lapisdaging burger yang mengenyangkan perut setengah hari dibutuhkan sekitar2,400 liter air. Produksi satu set PC seberat 24 kg yang parkir di atas meja kerja kita menghasilkan 62 kg limbah, memakai 27,594 liter air, dan mengonsumsi listrik 2,300 kwh. Bagaimana dengan chip kecil yang bekerja didalamnya? Limbah yang dihasilkan untuk memproduksinya 4,500 kali lipat lebih berat daripada berat chip itu sendiri.Mengetahui mata rantai tersembunyi ini bisa menimbulkan berbagai reaksi. Kita bisa frustrasi karena terjepit dalam ketergantungan gaya hidup yangtak bisa dikompromi, kita bisa juga semakin apatis karena tidak mau pusing. Yang jelas, sesungguhnya ini adalah pengetahuan yang sudah saatnya dibuka. Pelajaran Ilmu Alam, selain belajar penampang daun dan membedahjantung katak, dapat dibuat lebih empiris dengan mempelajari hulu dan hilir dari benda-benda yang kita konsumsi, sehingga tanggung jawab akanalam ini telah disosialisasikan sejak kecil.
Pernahkah kita merenung, saat kita memasuki gedung FO empat lantai, PasarBaru, atau berjalan-jalan ke Gasibu pada hari Minggu di mana ada lautan PKL: tidakkah semua baju dan barang-barang itu mampu memenuhi kecukupan penduduk satu kota ? Tapi kenapa barang-barang ini tidak ada habisnyadiproduksi? Setiap hari selalu ada jubelan pakaian baru yang menggelontori pasar. Pernahkah kita merenung, saat kita memasuki hypermarket dan melihat ratusan macam biskuit, ratusan varian mie instan, dan ratusan merk sabun:haruskah kita memiliki pilihan sebanyak itu?Pernahkah kita merenung, apa yang kita inginkan sesungguhnya jauh melebihi apa yang kita butuhkan? Atas nama kecukupan, satu manusia bisa hidup dengan lima pasang baju dalamsetahun, bahkan lebih. Atas nama fashion, jumlah itu menjadi tidakberbatas. Atas nama kebutuhan, satu manusia bisa hidup dengan beberapa pilihan panganan dalam sehari. Atas nama sel era dan nafsu, seisi Bumi tidak akan sanggup memenuhi keinginan satu manusia.Permasalahan ini memang bisa dilihat dari berbagai kaca mata. Seorangekonom mungkin akan menyalahkan sistem kapitalisme dan globalisasi.
Seorang sosialis akan mengatakan ini masalah distribusi dan pemerataan. Tapi jika kita runut, satu demi satu, bahwa Bumi adalah kumpulan negara,negara adalah kumpulan kelompok, dan kelompok adalah kumpulan individu, permasalahan ini akan kembali ke pangkuan kita. Dan kesadaran serta kemauan kitalah yang pada akhirnya akan memungkinkan sebuah perubahansejati.Belum pernah dalam sejarah kemanusiaan keputusan harian kita menjadi sangat menentukan. Tidak perlu menunggu Amerika menyepakati protocolKyoto , tidak perlu juga menunggu penjarah hutan tertangkap, setiap langkahkita-memilih merk, kuantitas, tempat, gaya hidup-adalah pilihan politis dan ekologis yang menentukan masa depan seisi Bumi. Saya belum bisa mengorbankan komputer karena itulah instrumen sayabekerja, tapi saya bisa lebih awas dengan jam penggunaan dan mematikannyajika tidak perlu. Saya belum bisa mengorbankan kebutuhan akan informasi, tapi saya bisa memilih membaca berita lewat internet atau membaca koran ditempat publik ketimbang berlangganan langsung. Bagaimana dengan fashion?Di dunia citra ini, dengan profesi yang mengharuskan banyak tampil di muka publik, saya pun belum bisa mengorbankan keperluan fashion (baca: membelibusana lebih sering dari yang dibutuhkan), tapi saya bisa membuat komitmendengan lemari pakaian, yakni baju yang saya miliki tidak boleh melebihi kapasitas lemari saya. Jika lebih, maka harus ada yang keluar. Dan setiapbeberapa bulan saya dihadapkan pada kenyataan bahwa ada baju yang tidaksaya pakai setahun lebih atau baju yang cuma sekali dipakai dan tak pernah lagi. Bukan cuma baju, ada juga buku, pernik rumah, alat dapur, bahkan sabun dan sampo yang utuh tak disentuh.Alhasil, dalam rumah saya ada semacam peti-peti 'harta karun', yangberisikan barang-barang yang harus keluar dari peredaran, karena jika dipertahankan hanya menjadi kelebihan tanpa lagi unsur manfaat. Harta karun ini lantas harus dicarikan lagi outlet untuk penyaluran.Pada waktu perayaan 17 Agustus, di kompleks saya diselenggarakan bazaar.Para warga menyewa stand untuk berjualan. Saya ikut berpartisipasi, dan sayalah satu-satunya penjual barang bekas di antara penjual barang-barubaru. Karena bukan demi cari untung, barang-barang itu saya lepas dengan harga sangat murah. Yang membeli bukan cuma warga kompleks, tapi juga darikampung sekitar. Hari pertama, saya sudah kehabisan dagangan. Terpaksasaya mengontak saudara-saudara saya yang barangkali juga punya barang bekas untuk disalurkan. Sama dengan saya, mereka pun punya timbunan harta karun yang entah harus diapakan. Stand saya menjadi salah satu standpaling laris selama bazaar berlangsung. Dan kakak saya terkaget-kaget dengan penghasilan yang ia dapat dari tumpukan barang yang sudah dianggap sampah.Berjualan di bazaar tentu bukan satu-satunya jalan, ada aneka cara kreatiflain untuk memanfaatkan harta karun kita, termasuk juga disumbangkan. Namun yang lebih sukar adalah memulai membuat komitmen-komitmen pembatasan diri. Berkomitmen dengan rak buku, dengan lemari pakaian,dengan rak kamar mandi, dengan laci dapur, dan pada intinya... dengandiri sendiri. Siapkah kita menentukan batasan dan berjalan dalam koridor itu? Dan, yang lebih susah lagi, adalah pengendalian diri dari awal bersuaaneka pilihan yang membombardir kita setiap hari, lalu sadar dan mawasakan rantai sebab-akibat yang menyertai pilihan kita. Membuka diri untuk info dan pengetahuan ekologi adalah salah satu cara pembekalan yang baik. Walaupun sekilas tampak merepotkan dan bikin frustrasi, tapi kantongkresek yang kita buang tadi pagi tidak akan hilang oleh sihir, danhamburger yang kita makan tidak dipetik dari pohon. Rantai yang menyertai barang-barang itu tidak akan hilang hanya karena kita menolak tahu.Banyak orang yang berkomentar pada saya, " Aduh , Wi . Kamu bikin hidup tambah susah saja." Dan mereka benar. Hidup ini tak mudah. Untuk itu kita justru harus belajar menghargai setiap jengkalnya. Memilih hidup yanglebih sederhana, hidup dengan tempo yang lebih pelan, hidup dengan pengasahan kesadaran, tak hanya membantu kita lebih eling dan terkendali, tapi juga membantu Bumi ini dan jutaan manusia yang dijadikan alas kakioleh industri demi pemenuhan nafsu konsumsi kita sendiri.Lingkaran setan? Ya. Tapi tidak berarti kita tak sanggup berubah.Selama ini kita adalah pembeli yang berlari. Dalam kecepatan tinggi kita bertransaksi, sabet sana sabet sini, tanpa tahu lagi apa yang sesungguhnya kita cari.Berhentilah sejenak. Marilah kita berjalan.

Cinta merupakan karunia Ilahi

Kita tumbuh laksana tunas pohon kecil yang
mengeluarkan dedaunannya dan ketika kuncupnya menyembul...
Bersama itu pula timbul hasrat dihatimu untuk mencari pasangan hidup,
teman berbagi suka dan duka di alam tempat kita mengembara ini


Cinta merupakan karunia Ilahi, hadirnya tanpa diundang,
tanpa kita rencanakan,tanpa kita kehendaki atau kita inginkan,
tiba-tiba kita sadari ia kuat tertanam laksana akar pohon yang kuat
masuk tertanam didalam tanah.....

Kurasakan getar Qalbumu manakala kau bercerita penuh harap kepadanya
Ia laksana kilau permata yang penuh cahaya dimata dan di hatimu
Mencintai! nya ibarat kuncup bunga di Qalbumu
Yang siap untuk mekar dengan keharumannya yang memikat Namun ternyata.........
Jangankan mekar yang kau dapat Kuncup itu layu sebelum berkembang
Manakala kau sadari.......... Dia tak pernah mencintaimu!, tak pernah menaruh hati
padamu!!,tak pernah menginginkanmu!!! Tak pernah !!! tak pernah !!!

Kekecewaanmu kau tumpahkan dalam sebuah coretan syair mu
(walau hanya kau yang tahu) Lirih perlahan mengalun keluar dari bibir dan juga hatimu
tanpa kau sadari .... telah mengisi lembaran lembaran putih kertas mu......

Kau bagaikan telaga yang tenang dan jernih Yang sejuk airnya serta menyegarkan
Ditumbuhi pepohonan rindang berhimpitan Disekelilingmu....senyap......

Kau sadari akan seseorang Yang mencintaimu Setulus hatinya...........
Dan kau beri satu pengertian tentang sebuah cinta yang tak kesampaian

Kau hargai satu cinta kasih Kau buktikan tanpa menghinanya
Walau seringkal! i kau acuhkan dia yang menyayangimu Kau berarti baginya........Kharisma didirimu......... Dambaan hatinya...........

Aduhai gerangan sungguh beruntung yang mendapatkan cintamu Dan ketika kau kutanya
kenapa? Dengan ungkapan pilu engkaupun berkata:

Entahlah
Akupun tidak tahu!
Namun yang terpenting
Dari sekian banyak manusia, dari sekian banyak insan dunia
Bagiku Dialah yang terindah, terbaik , dan paling mempesona!
Pancarannya begitu tajam menghunjam!!
Sungguh tak `kan ada yang bisa menggantikannya
Walau dicari di belahan bumi manapun, tetaplah dia orangnya!!!



Aduhai gerangan perih nian yang kau rasa.....
Kalau begitu baiklah aku akan membawamu.....
Kan kuajak dirimu terbang ke sebuah tempat yang
bernama Negeri kesunyian.........
Kenapa???
Karna engkau butuh kesendirian untuk mengobati luka hatimu

Kita telah sampai
Tak ada seorangpun yang akan mendengar perbincangan kita
(Listen to me please!!! Denga!rkanlah aku baik-baik sahabatku!!!)

Sahabat
Tahukah engkau?
Manakala engkau telah merasa mencintai seseorang....
Itu sama artinya engkau t'lah menghambakan diri padanya?

Sadarkah dirimu?
Manakala engkau tahu ia tidak mencintaimu
Itu artinya ia menunjuk pada kekuranganmu?

Tidak terfikirkah olehmu?
Jika yang kau harap saja tidak bisa mencintaimu
Apalagi Yang Menciptakannya???!!!

Astafirughlaahul adziim... Astafirughlaahul adziim Astafirughlaahul..
adziim...
(Ucapmu seraya menjerit tertahan,ada kilau air bagiakan titik-titik
embun
menggenang di kelopak matamu mengalir perlahan membasahi pipi )
Menangislah kalau itu yang membuat hatimu tenang....
Menangislah duhai sahabatku....tumpahkan semua yang menjadi beban
hatimu

Sahabatku.......
Aku bersyukur kepada Allah kini engkau telah menyadari kekhilafanmu.
Bahwa teramat sulit untuk menggapai Cinta_Nya bisa
engkau pelajari dari makhluk_Nya yang bernama manusia
Karena itu Perbaikilah segala sesuatu yang ada padamu
Bangkitlah untuk menjadi yang terbaik

Sahabatku......
Sesungguhnya yang ada padamu sudah teramat sempurna
Rupa wajahmu adalah yang terindah yang kau miliki
Namun sinarnya belum terlihat Masih pudar dan perlu dibersihkan
Dimana letaknya tersimpan di dasar yang paling dalam
Sulit terjangkau Itulah Qalbu (hati) mu
Jika sinarnya telah mendekati kesempurnaan
Kilaunya akan memancar ke luar
Itulah namanya kecantikan hakiki

Sesungguhnya....
Seseorang mencintaimu tidaklah melihat dari kecantikan (ketampanan)
atau
kekayaanmu
Tetapi ia melihat pancaran yang ada pada Qalbumu...
Kenapa?
Karena kecantikan/ ketampanan akan sirna bersama berlalunya waktu...
Kekayaan akan lenyap bersama perputaran roda kehidupan...
Sedangkan pancaran Qalbu akan senantiasa abadi bersama ridha Ilahi
kepadamu...

Namun satu hal yang harus kau ingat!
Tak selamanya cinta ! itu berarti memiliki...
Ibarat Qalbumu...yang bebas bergerak tanpa bisa kau cegah...
Kenapa? Karena ia hidup sebagaimana arus air yang mengalir...
Engkau saja tak dapat memiliki hatimu, apalagi kepunyaan orang lain?
Yang berhak memilikinya adalah Allah...

wahai sahabat...
Bukankah sesuatu yang sulit kau mendapatkannya sulit pula untuk kau
lepaskan?
Demikianlah seseorang itu di hatimu...
Bukankah Kasih tak sampai benteng dirimu untuk senantiasa menjaga
kesucianmu?
Terutama Qalbumu...(Yang senantiasa wajib kau jaga kesuciannya)..

Karena itulah...
Kasih Tak Sampai merupakan cermin bagimu ...
untuk mengerti arti Cinta Sejati yang sesungguhnya, yaitu
Cinta Illahi Rabbi...yang jika kau mencintai Nya
Engkau takan kecewa...
Karena janjiNya tepat dan kasih sayangNYa tulus untukmu...

Sadarlah wahai sahabatku......
Sesungguhnya Cinta dijadikan Allah indah di dalam Qalbumu...
Keindahannya akan kau temukan manakala kau dapatkan hatimu mencintai
Allah...
merindukanNya dan menginginkan bertemu denganNya....indah nian....
Tak ada makhluk yang sempurna di muka bumimanapun dan dilangit manapun
kecuali diri_Nya...Allah... yang kasih sayang tak dapat di ukur
dengan luas
nya samudara atau hamparan langit dan bumi.......

Karena itu duhai sahabatku......
Marilah kita berandeng tangan tuk menggapai kasih sayangNya
Marilah kita belajar dari sekarang tuk Mencintai NYa...
Marilah kita menghadapkan wajah kita kepadaNya......
dan kumandangkan syair indah ini........

Yaa Allah yaa Rabbi.....hadiahkanlah kasih dan sayangMu
kepadaku.......
Yaa Allah yaa Rabbi.....berilah aku karunia agar rinduku hanya
kepadaMu....
Yaa Allah yaa Rabbi.....tumbuh suburkanlah cintaku kepadaMu...
Yaa Allah yaa Rabbi.....jadikanlah aku orang yang selalu bersyukur
atas
nikmatMu...
Yaa Allah yaa Rabbi.....sadarkanlah aku bahwa semua nikmat adalah
milikMu....

"Yuhibbul-Muttaqiiin" "Allah cinta kepada orang-orang yang
bertaqwa"(Ali Imran:76).
"Yuhibbul-Muhsiniiin" "Allah cinta kepada orang-orang yang berbuat
baik"(Al-Maidah:14).
"Yuhibbul-Muqsithiiin" "Allah cinta kepada orang-orang yang
adil/jujur"(Al-Hujurat:9)

Laa haula wala quata illa billah......


Wanita Sholihah adalah qonitat (Taat) Hafidzat (Menjaga diri), Karena Allah telah memelihara (kehormatan) dirinya . ( An Nisa:34 )